Kabar duka meninggalnya cucu Aa Gym, Gheziya Naura Khadija (2 bulan), Minggu (20/5/2018), yang diposting Ghaida Tsurayya, anak Aa Gym di akun instagramnya @gdaghaida, dibanjiri komentar dari para pengikut Ghaida.
Banyak warganet yang mengucapkan duka citanya atas kepergian putri Ghaitsa yang masih bayi ini. Dalam caption-nya, Ghaida menyebut bahwa keponakannya meninggal secara mendadak dan tiba-tiba.
Fakta ini tentu saja mengundang rasa penasaran warganet hingga akhirnya ada satu akun instagram yang menyebut istilah Sindrom Kematian Bayi Mendadak alias SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
Istilah medis inilah yang tak lama kemudian menjadi perbincangan hangat di media sosial. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan SIDS, dan mengapa sindrom ini bisa terjadi? Simak ulasan lengkap yang dihimpun Hello Sehat.
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) disebut-sebut sebagai gambaran dari kondisi di mana seorang bayi meninggal mendadak tanpa diketahui penyebab pastinya. Namun demikian, SIDS memiliki beberapa pemicu, termasuk adanya kelainan di bagian otak yang bertanggung jawab pada sistem pernapasan bayi, hingga kondisi tidur bayi yang berisiko menghambat jalur napasnya sendiri.
Perlu diketahui, SIDS telah menjadi penyebab utama kematian pada bayi usia 30 hari pertama setelah kelahiran. Namun, penyebab SIDS yang sebenarnya masih belum dapat diketahui dengan pasti.
Faktor-faktor yang Bisa Memicu SIDS
Meski demikian SIDS mungkin bisa terjadi karena berbagai faktor, sebagai berikut:
1. Keterlambatan perkembangan bayi
Sebuah hipotesis mengungkapkan bahwa SIDS mungkin disebabkan oleh adanya keterlambatan atau kelainan perkembangan sel-sel saraf dalam otak yang penting untuk fungsi jantung dan paru-paru normal.
Penelitian pada otak bayi yang meninggal akibat SIDS menunjukkan bahwa adanya keterlambatan dalam perkembangan dan fungsi beberapa jalur saraf pengikat serotonin pada otak. Jalur saraf ini dianggap penting untuk mengatur pernapasan, detak jantung, dan respon tekanan darah saat bangun dari tidur.
Kelainan perkembangan ini membawa dampak negatif saat bayi tidur. Bayi normal akan terbangun ketika ada hal yang mengganggunya saat tidur. Misalnya, ada hal yang menghalangi jalan napasnya saat tidur, bayi secara otomatis akan memindahkan bagian tubuhnya ke tempat yang lebih nyaman atau bayi akan bangun.
Namun, pada bayi dengan kelainan, refleks yang mengontrol pernapasan dan terbangun dari tidur mengalami gangguan, sehingga bayi tidak dapat mengatasi masalahnya saat tidur.
2. Berat lahir bayi rendah
Bayi lahir dengan berat badan rendah biasanya terjadi pada bayi yang lahir prematur atau pada bayi kembar. Bayi dengan kondisi ini cenderung memiliki otak yang belum matang, sehingga bayi kurang memiliki kendali atas pernapasan dan detak jantungnya.
3. Posisi tidur bayi
Bayi yang tidur telungkup atau tidur miring cenderung memiliki kesulitan untuk bernapas. Saat bayi dalam posisi telungkup, pergerakan udara di mulut menjadi terganggu karena adanya penyempitan jalan napas.
Hal ini menyebabkan bayi menghirup karbon dioksida yang baru saja ia hembuskan, sehingga kadar oksigen dalam tubuh bayi menjadi kurang, dan akhirnya bayi bisa meninggal.
Selain itu, benda-benda yang ada di kasur saat bayi tidur, seperti bantal, selimut, boneka, atau mainan juga dapat menutupi mulut dan hidung bayi, mengakibatkan terganggunya pernapasan bayi saat tidur.
4. Hipertermia (kepanasan)
Pakaian bayi yang terlalu tebal dan tertutup, atau suhu ruangan yang panas dapat meningkatkan metabolisme bayi, sehingga bayi dapat kehilangan kontrol pernapasan.
Namun, suhu panas sebagai penyebab SIDS belum dapat dijelaskan dengan baik, apakah ini sebagai faktor yang benar-benar dapat menyebabkan SIDS atau hanya faktor yang menggambarkan penggunaan pakaian atau selimut yang menghalangi pernapasan bayi.